1
/
5

Wantedly Journal | 仕事でココロオドルってなんだろう?

Company

Female Daily Network: Tak Sekedar Women Friendly!

Women Friendly Office Mungkin Untuk Diwujudkan di Female Daily Network

2016/07/14

Berbeda dengan negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, ternyata wanita di Indonesia lebih memilih untuk menikah dibanding menjalani hidupnya sebagai wanita independen. Berdasarkan data yang dilansir melalui CNN Indonesia, tren wanita Indonesia menikah di usia produktif (18-44 tahun) dari 2009 hingga 2013 cenderung naik, rata-rata bertambah 1,54 persen setiap tahunnya.

Namun Sosiolog Ida Ruwaida beranggapan para wanita yang memutuskan menikah pada usia produktif dan tetap bekerja kemudian akan dihadapkan dengan dilema peran, antara peran domestik sebagai ibu rumah tangga dengan peran publik sebagai wanita karir Apakah benar bahwa sulit bagi seorang wanita untuk tetap meniti karir sambil memenuhi perannya di dalam keluarga?

Untuk mengetahui itu Tim Wantedly berkesempatan mengulik bagaimana Hanifa Ambadar yang kini berkarir sebagai CEO Female Daily Network dalam mewujudkan visi perusahaannya “Empowering Women”. Female Daily Network sendiri memang perusahaan yang berfokus pada wanita dengan berbagai anak perusahaan online-nya seperti Female Daily, dan Mommies Daily.

____________________________________________________________________________

Ditemani langsung oleh sang CEO, hari itu Tim Wantedly berkesempatan singgah ke kantor baru Female Daily yang berada di area Pejaten, Jakarta Selatan. Dengan konsep open space khas perusahaan startup kami mencoba mengulik seramah apa suasana kerja di startup yang identik dengan perempuan ini.

 Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network

Mengerti Perempuan dan Segala Kebutuhannya

Female Daily Network sendiri mengemban misi untuk “Empowering Women”. Hal ini tidak hanya menyangkut produk yang diberikan kepada user tetapi juga dalam keseharian bekerja.

“Tidak banyak perusahaan yang sejak awal menyatakan mereka mau mempekerjakan perempuan saja. Dari aspek pertama ini kita bisa melihat bahwa Female Daily Network memberikan kesempatan untuk para perempuan. Meski memang sangat sulit dan pada praktiknya tidak bisa sepenuhnya perempuan”, jelas Hanifa membuka obrolan kami siang itu.

Hanifa juga menyadari bahwa terdapat fenomena dimana para perempuan ini banyak yang kemudian berguguran di tengah-tengah karir yang telah mereka bangun. Hal ini bisa dilihat dengan sedikitnya perempuan yang berhasil mencapai C-Level. Sedangkan nyatanya banyak keputusan-keputusan terkait perempuan yang mungkin hanya dimengerti oleh perempuan.

“Belum lagi jika perempuan sudah memiliki keluarga, sudah memiliki anak, mereka membutuhkan fleksibilitas”, tambahnya.

Hal ini membuat fleksibilitas menjadi salah satu kunci Hanifa dalam membangun Female Daily Network.

“Misal seorang Ibu mau mengambil rapor anak, tidak perlu cuti. Pergi saja dulu ke sekolah anaknya, kemudian baru lanjut bekerja”, terang Hanifa memberikan contoh bagaimana fleksibilitas sangat diperlukan oleh kaum perempuan dalam bekerja.

Hanifa sendiri mencoba membentuk suasana kantor yang senyaman mungkin, se-hommie mungkin. Ia tidak mempercayai istilah work life balance sehingga ia menginginkan Female Daily dapat menjadi bagian dari keseharian para anggotanya. Hal ini kemudian diimplementasikan melalui berbagai aktifitas guna mempererat hubungan antar rekan kerja di Female Daily Network seperti kelas Hiphop dan aktivitas lainnya.

“Karena kita percaya work is a big part of life. Pekerjaan akan menyita lebih banyak porsi, maka yang kita lakukan adalah integrating personal dan professional life sebisa mungkin”.

Mungkin Tidak Sih, Women Friendly Office?

Misi dan nilai yang dipegang Hanifa bersama Female Daily Network tentunya tidak mudah untuk direalisasikan dan penuh dengan tantangan dalam praktiknya.

“Ada stigma kalau perempuan itu penuh drama, kalau di Female Daily, justru drama muncul dari para laki-lakinya yang minoritas”, canda Hanifa ketika ditanya mengenai bagaimana ia menghadapi mayoritas pekerja perempuan beserta stigma-stigma yang dibawa.

Memiliki mayoritas perempuan dalam tim nyatanya memang dipenuhi tantangan. Mulai dari cuti haid hingga cuti hamil yang memang merupakan hak para perempuan yang membuat Hanifa harus selalu sigap menyiapkan pengganti guna memastikan operasional perusahaan tetap berjalan meski perempuan terkait tengah berhalangan.

“Juga ketika anaknya sakit, yang di-expect untuk stay di rumah pasti Ibu-nya. Hal ini membuat para ibu-ibu ini tidak bisa gas pol terus”, tambahnya.

Lagi, hal ini membuat fleksibilitas menjadi kunci utama. Hanifa sendiri sudah menetapkan KPI bersama anggota lainnya guna mengontrol agar fleksibilitas ini tidak mempengaruhi produktifitas para perempuan ini.

Selain hal-hal tersebut, bukan berarti membangun perusahaan yang women friendly itu mustahil. Dalam menjalani keseharian bekerja, Hanifa juga tetap menemukan hal-hal unik dan menarik seputar perempuan, mulai dari meja yang lebih berantakan karena dipenuhi pernak-pernik “perempuan”, alat make-up, hingga sepatu!

“Kita juga perlu tahu jadwal haid setiap karyawan, dan karena kita bergerak di industri beauty, jangan heran jika sehari-hari melihat pemandangan para perempuan make-up. Bahkan gonta-ganti lipstik, datang kerja warna apa, ketika pulang warnanya sudah beda lagi”, cerita Hanifa sembari bercanda.

____________________________________________________________________________

Hari itu, Tim Wantedly juga menyempatkan untuk mengetahui langsung suasana kerja di Female Daily Network ini dari para anggota tim, Dara sang Beauty Editor, serta Gyanda dan Danin yang merupakan videographer di Female Daily Network

 Tim Female Daily (kiri-kanan) Gyanda,, Danin, dan Dara

Bekerja Bersama Perempuan, Keuntungan atau Tantangan?

Memiliki rekan kerja yang mayoritas perempuan tentunya memberikan kesan dan pengalaman tersendiri baik bagi sesama perempuan ataupun laki-laki. Belum lagi menghadapi berbagai stigma, seperti perempuan yang lebih sensitif daripada laki-laki. Meskipun Dara merasa jika hal ini sebenarnya biasa saja, ia percaya tetap ada batas-batas yang sebenarnya berlaku untuk siapa saja, tidak hanya perempuan.

Sedikit berbeda, Gyanda mengatakan, ”Kalau aku malah jadi lebih sensitif. Dengan bergaul sama perempuan-perempuan lain yang memiliki jarak usia, kita jadi tahu hal-hal apa yang tidak boleh kita tanyakan. Bukan karena orang-orang disini sensitif, tetapi lebih peka”.

Sedangkan Danin yang notabene termasuk anggota minoritas laki-laki di Female Daily Network merasa dengan bergabung di Female Daily Network ia jadi lebih mengenal kaum perempuan. Jika perempuan pada usia ini seperti apa, dan juga karakter-karakternya.

“Juga lebih tahu mengenai make-up”, tambahnya sambil bercanda.

Fleksibilitas : Tantangan

Selain menjadi lebih peka, Gyanda merasa lebih dihargai ketika bekerja di Female Daily Network. Ia lebih suka menyebut Female Daily Network sebagai “Mommies Friendly”, dimana fleksibilitas dan libur-libur panjang yang disesuaikan dengan libur anak-anak sekolah bertujuan agar para Ibu ini bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan anaknya dan juga keluarga.

“Aku yang belum punya anak jadinya ingin untuk stay disini sampai punya anak”, tambahnya.

Namun bukan berarti fleksibilitas yang ditawarkan Female Daily Network ini justru mempermudah dan menghilangkan unsur tantangannya. Karena justru fleksibilitas inilah yang menjadi tantangan sulit para anggota Tim Female Daily Network.

“Tantangan justru datang dari fleksibilitas itu sendiri. Libur panjang itu jadi alasan untuk tidak produktif. Meskipun libur, kita juga ada beberapa pekerjaan yang dikerjakan dari rumah, dan kita tidak ada alasan untuk malas karena sudah mendapat waktu yang panjang”, jelas Dara.

“Jadi ketika libur panjang seperti libur Lebaran, kita dari sekarang sudah menyicil pekerjaan. Jika libur dua minggu, maka kita harus kejar setoran untuk pekerjaan selama dua minggu itu sebelum libur”, tambah Danin dan juga Gyanda.

Mengingat Female Daily Network juga merupakan bagian dari industri digital yang harus selalu siap 24x7, tidak heran jika memang fleksibilitas ini perlu diimbangi dengan produktivitas dan kesigapan para pekerjanya.

Suasana Kantor Female Daily Network

____________________________________________________________________

Women Friendly dan Produktif itu Bisa!

Dengan segala tantangan tersebut, tentunya masih sangat mungkin untuk membangun suasana Women Friendly di perusahaan namun tetap produktif. Female Daily Network sendiri sudah membuktikannya. Dan berbicara mengenai produktivitas, perekrutan pekerja yang tepat tentu sangat berperan dalam membangun budaya kerja ini.

“Untuk posisi-posisi seperti Beauty Editor, tentu passion menjadi hal yang penting. Apakah orang tersebut menyukai industri ini. Namun secara umum kita juga mencari orang-orang yang tidak takut akan perubahan, terbuka untuk gagasan-gagasan baru. Apalagi di dunia digital semua bergerak cepat”, jelas Hanifa.

Selain itu, Hanifa ingin para anggota timnya berani untuk menjadi generalist. Siap untuk diterjunkan dalam bidang apapun. Bahkan dalam campaign tahunan Female Daily Network, Hanifa sengaja membentuk tim khusus di luar Divisional guna memberikan pembelajaran baru untuk para anggota Tim Female Daily Network dan membangun suasana kolaboratif.

Jadi, masih berpikir jika membangun perusahaan yang women friendly itu mustahil?




NEXT