1
/
5

Wantedly Journal | 仕事でココロオドルってなんだろう?

People

CEO Talenta: Ambil Banyak Tantangan dari Bangku Kuliah

Talenta mengelola sekitar 4.000 data karyawan di Indonesia loh! Termasuk diantara kliennya adalah startup ojek Go-Jek, startup direktori makanan Qraved, dan majalah SWA.

Talenta

2016/03/13

Sukses di usia muda tentunya menjadi impian semua orang. Joshua Kevin, sebagai CEO dari startup penyedia software manajemen SDM Talenta, juga bisa menjadi salah satu contoh inspiratif yang terus bekerja keras sejak ia masih di bangku kuliah.

Sebagai informasi, saat ini Talenta mengelola sekitar 4.000 data karyawan di Indonesia loh! Termasuk diantara kliennya adalah startup ojek Go-Jek, startup direktori makanan Qraved, dan majalah SWA.

Tim Wantedly kali ini mengajak kamu untuk melirik kisah seorang Joshua Kevin semenjak “menjabat” posisi mahasiswa hingga akhirnya menjadi CEO dari perusahaan yang dibangunnya sendiri.

____________________________________________________________________________

Joshua Kevin, CEO Talenta

Harus aktif di Universitas!

“I have to do something” - Joshua Kevin

Itu merupakan kalimat yang diucapkan oleh Joshua Kevin ketika ia masuk kuliah. “Jangan sampai saya kuliah-pulang kuliah-pulang saja,” katanya. Karena memang pas di SMA, Joshua kurang aktif berorganisasi, mengikuti OSIS juga tidak. Jadi di tahun awal kuliahnya di Binus University, Joshua masuk ke salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa bernama HIMSISFO (Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi). Ia pun berusaha untuk bisa aktif di sana.

Masuk tahun kuliah kedua, Joshua sendiri sudah mulai memiliki ketertarikan terhadap dunia startup teknologi. Dan di saat itu, Twitter sedang hot. Di saat teman-temannya menggunakan Twitter untuk bersosialisasi dengan lingkaran mereka sendiri, Joshua juga menggunakan Twitter untuk follow orang-orang yang sedang berkutat di dunia startup seperti Natali Ardianto, Co-Founder komunitas Startup Lokal.

Setelah itu, Joshua pun jadi mulai bertemu dengan anggota Startup Lokal dan Natali. Joshua menerima menerima tawaran untuk bergabung dengan Startup Lokal dan mulai membantu acara-acara mereka.

Saat itu salah satu momen vital adalah ketika mereka mengadakan pertemuan untuk Startup Lokal yang ke-12 yang juga merupakan Anniversary mereka. Joshua ditunjuk untuk menjadi Project Leader, dan ia pun menerima tantangan itu.

Untuk memeriahkan momen Anniversary itu, Joshua juga menulis sebuah buku bersama Rein Mahatma (Founder StartupBisnis) tentang dunia startup di Indonesia.. “Jadi buku itu berisi cerita-cerita dari para pelaku startup. Untuk menggarapnya, para founder mengirimkan materi tentang kisah mereka yang digabungkan menjadi sebuah buku,” jelas Joshua. Ia melanjutkan, “Ada juga kisah-kisah yang kita tulis sendiri dengan mewawancarai langsung para founder.”

Tidak berhenti sampai di situ, Joshua pun jadi tertarik untuk menulis blog tentang dunia startup. Di saat itu sudah ada blog DailySocial yang mengulas dunia startup lokal dalam bahasa Indonesia. “Padahal menurut saya saat itu yang perlu disadarkan justru orang-orang luar, kalau di Indonesia itu sudah mulai ada startup movement. Akhirnya saya coba saja, buat yang versi Bahasa Inggris di blog saya sendiri,” jelas Joshua.

Belajar untuk fokus dan humble

Joshua Kevin (kiri bawah) di Konferensi Startup Asia Singapore 2012

Keterlibatan Joshua di Startup Lokal dan keaktifannya menulis buku serta blog pribadi ternyata membuahkan hasil. Walaupun bukan hasil konkret, namun sosok Joshua di kalangan startup Jakarta cukup eksis. Ia pun berkesempatan bertemu dengan Willson Cuaca (Managing Director di perusahaan modal ventura East Ventures). Di sini Joshua mengambil dua tantangan terbarunya lagi.

Saat itu Willson sedang tengah membuat sebuah Akselerator bernama East Ventures Alpha. Joshua pun menawarkan diri “how can I help?” dengan maksud volunteer. Namun pada akhirnya Joshua bekerja sebagai Associate paruh waktu di sana.

Pada saat yang sama, salah satu portofolio East Ventures di Singapura bernama Tech in Asia sedang ingin berekspansi ke Indonesia. Tech in Asia saat itu sedang mencari blogger startup yang bisa menulis bahasa Inggris. Willson pun mengenalkan Joshua kepada tim Tech in Asia berhubung Joshua sudah menulis blog pribadi juga dengan topik yang sama.

Joshua pun mendapatkan tawaran untuk menulis di Tech in Asia, dan kesempatan itu juga diambil! Saat itu yang Joshua kerjakan memang tidak menyita banyak waktu, meski ia sering pergi-pergi ke luar kota untuk promosi program East Ventures Alpha dan sedikit membantu operasional dari perusahaan tersebut. Di masa itu, ia lebih banyak involved di Tech in Asia.

Walau begitu, ternyata karakter Joshua yang masih idealis banyak mendapat hantaman selama bekerja di East Ventures dan Tech in Asia.

Kala itu pemikiran idealis Joshua sebagai mahasiswa masih kuat, “I believe I’m the best” pikirnya saat itu. Ia pun sering berdebat dengan Willis, founder Tech in Asia seputar tulisannya. “Ketika saya diminta merevisi tulisan saya, saya katakan menurut saya sudah bagus, kalau tidak dipublikasikan di Tech in Asia, saya publikasi di blog saya saja. Saya jadi terkesan tidak mau belajar, sudah dikasih tahu kok malah begitu,” lanjut Joshua. Dalam 3 sampai 6 bulan pertama, ia bahkan sempat keluar sampai 3 kali dari Tech in Asia.

Di sisi lain, Joshua juga beberapa kali dimarahi oleh Willson, berhubung Joshua dinilai terlalu ambisius dan ingin mengambil semua kesempatan yang ada, jadi tidak fokus. Akhirnya di tengah jalan, Joshua memutuskan untuk fokus di Tech in Asia saja dan meninggalkan posisinya di East Ventures.

Selama 2 tahun Joshua bekerja bersama Tech in Asia, hingga ada beberapa permasalahan sehingga menurutnya merupakan saat yang tepat untuk pindah. “Luckily, satu bulan setelah saya keluar, saya dihubungi Rama (Founder DailySocial) dan dia bercerita mengenai rencana sebuah perusahaan Korea yang ingin masuk ke Indonesia,” jelas Joshua

Ia kemudian bertemu dan mengobrol dengan perusahaan Korea tersebut yang ternyata adalah [aplikasi pesan instan] KakaoTalk. Joshua memutuskan untuk mengambil tantangan terbaru ini dan bergabung sebagai Community Manager. Selain kuliah, ia juga sedang tidak mengerjakan apa-apa.

Bekerja di korporat dan keinginan membangun usaha

Joshua Kevin (kiri) sebagai Community Manager di KakaoTalk

Joshua kemudian mempelajari hal-hal baru selama di KakaoTalk, terutama dari sudut pandang mengelola uang iklan. Seperti saat mereka menggunakan jutaan dolar hanya untuk iklan di TV dan Twitter, serta untuk membuat acara.

Juga banyak hal-hal marketing yang ia kerjakan bersama KakaoTalk. “Saya merasa belajar banyak di KakaoTalk. Namun menurut saya, saat itu KakaoTalk sudah tidak masuk dalam kategori startup karena perusahaannya sendiri sudah sangat besar di Korea dan memiliki struktur perusahaan yang matang,” terangnya.

Hal itu pun mempengaruhi cara perusahaannya bekerja. “Seperti ketika saya mau menjawab pertanyaan di Twitter, saya perlu mendapatkan persetujuan dulu dari pihak perusahaan sebelum menjawab. Padahal menurut saya orang berharap jawaban yang cepat melalui Twitter,” lanjut Joshua.

Joshua mulai berpikir, jika memang ia harus tetap di sini, mungkin itu karena gaji, bukan karena pembelajaran lagi. Dari situ ia memutuskan untuk take a break.

“Okay, what should I do now?” Tanya Joshua pada diri sendiri ketika ia sudah melewati beberapa bulan setelah meninggalkan KakaoTalk.

Akhirnya Joshua memutuskan untuk mulai membangun usaha. Hal pertama yang ia hendak lakukan dan menurutnya paling masuk akal, adalah memberikan konsultasi untuk startup di Singapura yang ingin memasuki Indonesia, berbekal pengalamannya di East Ventures, Tech in Asia, dan KakaoTalk.

Hal itu dilakukannya selama beberapa bulan. Dan meski keuntungannya cukup lumayan, Joshua cukup kelelahan karena apa yang dia lakukan merupakan jasa. Dan agar ia bisa mendapatkan semakin banyak uang, semakin banyak layanan yang harus ia lakukan. Lagipula kliennya pun menggunakan jasanya secara jangka pendek saja, setelah itu mereka sudah bisa menavigasi Indonesia sendiri.

Sampai akhirnya Joshua berpikir “I think I should make a product”. Waktu itu Joshua memiliki sejumlah ide produk, dan ingin berdiskusi dengan salah satu temannya Grace Tahir dari Mayapada Group tentang ide itu. Joshua sendiri mengenal Grace semenjak masih di Tech in Asia.

Ide pertama Joshua ialah mengembangkan startup online recruitment, dan bila itu sukses, ia akan lanjut membangun Talenta untuk melengkapi produk pertama. Grace pun tertarik dan memberikan beberapa ratus juta untuk membantunya mengembangkan produknya tersebut.

Cikal Bakal Talenta

Tim Talenta saat ritual makan malam bulanan bersama

Joshua kini sudah mempunyai investor, dan ingin bergerak cepat. Namun pada akhirnya startup online recruitment dinilai susah berkembang.

Di awalnya saja, pengembangan produk memakan waktu yang lebih lama dari yang targetnya tiga bulan, menjadi lima bulan. Joshua lalu mengetes versi Beta produk itu di Binus Job Expo. Di saat itu ia mendapatkan kesimpulan bahwa ranah online recruitment akan sangat sulit dimenangkan oleh startup. “At least we have to have really big differentiator, atau we have a lot of capital.” imbuhnya.

Berkat hubungannya yang baik dengan tim Tech in Asia, Joshua menawarkan diri sebagai volunteer di acara konferensi teknologi Tech in Asia di Tokyo dengan imbalan biaya masuk gratis. Di sana Joshua kembali bertemu Willson lagi, dan mereka mengobrol banyak hal, salah satunya mengenai produk online recruitment-nya dan juga Talenta.

Sebelumnya Joshua juga sudah mendiskusikan ide Talenta dengan Jason Lamuda (Co-Founder BerryBenka), yang saat itu mengatakan bahwa ia akan tertarik menggunakan Talenta. Mendengar hal itu, Willson meyakinkan Joshua untuk mengembangkan Talenta yang sudah terbukti ada yang membutuhkan. Ia menawarkan investasi, jika Joshua memutuskan untuk mengembangkan Talenta.

Setelah membahas tawaran itu dengan Grace, Joshua dan Willson pun sepakat bekerja sama keesokan harinya lewat WhatsApp. Disinilah Joshua kembali berjuang. Mulai dari mencari developer yang cocok, hingga mendapatkan pelanggan.

Fun Fact: Talenta didirikan sejak September 2014, dan mendapatkan klien pertama bulan Juni 2015

____________________________________________________________________________

Setelah mendengar petualangan panjang Joshua dalam membangun Talenta, kami juga menyempatkan bertanya beberapa hal yang membuat kami, atau mungkin juga kamu penasaran.

Kantor Talenta
Bagaimana kamu memandang kesempatan-kesempatan yang didapat selama Ini?

Joshua Kevin: Jika saya tidak memilih untuk masuk Tech in Asia ketika saya kuliah, saya rasa saya tidak akan ada di posisi saya sekarang. Menurut saya going early is always gonna be helpful karena time is always a luxury. Menurut saya universitas di Indonesia masih belum menyediakan pengalaman-pengalaman [di dunia kerja] seperti itu. Seringkali juga apa yang kita pelajari di universitas hanya 10-20% saja yang kita gunakan di dunia nyata.

Jadi menurut saya, di Indonesia masih banyak kesempatan untuk melakukan hal lebih dan mungkin oke untuk (*ahem) skip some classes ‘JIKA’ kamu memiliki hal yang lebih penting. Jadi [jangan bolos] hanya untuk main game.

Saya rasa sangat penting untuk segera mulai [menjadi aktif], bahkan dari tahun pertama. Jadi jika kamu bertemu kesempatan-kesempatan untuk bergabung dengan startup mungkin sebagai intern atau paruh waktu, ambil saja. Semuanya bisa untuk belajar, belajar di luar ranah universitas.

Adakah ketakutan selama menjalani semua tantangan baru?

Joshua Kevin: Pasti ada, tapi saya pikir ‘at least I do my best’. Meskipun saya mungkin gagal, akan selalu ada backup. Maksudnya saya tidak merasa akan ada yang memberikan reaksi yang sangat negatif pada saya [jika gagal].

Saya juga tidak merasa takut saya gagal. Seperti ada saat dimana uang yang saya miliki sudah hampir habis dan mungkin [perusahaan] hampir bangkrut, tapi saya tetap berusaha karena saya memiliki beberapa orang karyawan yang percaya pada mimpi saya. Dan saya lebih merasa takut jika saya mengecewakan mereka dibandingkan ketakutan saya akan kegagalan pribadi atau ketakutan saya pada investor.

Kapanpun pekerjaan masih bisa dicari, tapi kesempatan seperti ini dan orang-orang hebat untuk bekerja bersama itu jauh lebih susah dicari.

Fun Fact: Hingga saat ini Talenta memiliki klien lebih dari 50 perusahaan.

Apa visi dari Talenta?

Joshua Kevin: Setiap startup memiliki perbedaan visi, tapi menurut kami mereka masih meletakkan Human Resources di prioritas bawah. Indonesia selalu bergantung pada sumber daya alam, tapi kini sumber daya alam sedang down. Makanya saya ingin menyadarkan Indonesia untuk mulai mengembangkan sumber daya manusia. Karena kita tidak bisa selamanya mengandalkan sumber alam yang suatu saat habis. Jadi kita mau menyadarkan perusahaan-perusahaan untuk menjadikan sumber daya manusianya sebagai the core dari perusahaan tersebut.

Apa sih kunci sukses Talenta?

Joshua Kevin: Saat saya memulai Talenta, saya tidak punya pengetahuan tentang payroll, latar belakang di Human Resources, atau passion di keduanya. Namun, saya sangat passionate about creating product that can solve problem at scale. Dan dari situ saya punya satu nasihat: “Always hire people who are smarter than you” - founder yang pintar dan banyak akal bukanlah mereka yang hebat dalam semua bidang, tapi seseorang yang bisa mengelola orang-orang yang lebih pintar. Itulah mengapa kita merekrut Alexander contohnya, ia sekarang memimpin tim Application Specialist dan bagian dari tim awal. Saya percaya bahwa kesuksesan Talenta saat ini bukanlah hanya karena andil saya, tapi karena kami bisa merekrut orang-orang hebat di dalam perusahaan.

____________________________________________________________________________

 Perayaan ulang tahun salah satu anggota Talenta
Ambil semua kesempatan, But Take it Wisely

“Saya jadi merasa selalu harus be everywhere, be everything as well. Tapi menurut saya, kita perlu memilih kesempatan kita wisely. Seperti saat saya lebih memilih Tech in Asia daripada East Ventures di awal, mungkin saya tidak menjadi seperti saat ini, jika saya mengambil keduanya,” ujar Joshua Kevin

Kesuksesan Joshua kini memang tak lepas dari semua kesempatan yang datang dan berani diambilnya. Sebagai anak muda yang masih duduk di bangku kuliah saat itu, kesempatan-kesempatan ini merupakan media pembelajaran yang tidak akan didapat di kelas.

“Memang ketika muda, kita merasa ingin memiliki semuanya. Tapi, focus is the key. But again, just try everything while you’re young.” Lanjutnya

____________________________________________________________________________

Belajar banyak dari perusahaan startup

Pengalaman-pengalaman Joshua banyak ia dapatkan dari perusahaan-perusahaan startup. Tentunya hal ini juga yang membukakan pintu untuknya mendirikan perusahaan sendiri.

“Jangan mencari perusahaan yang sudah besar, meski tetap akan ada yang bisa kamu pelajari di sana. Tapi jika kamu bergabung dengan perusahaan yang mungkin baru memiliki 10-50 orang, perusahaan kecil namun kamu melihat ada potensi, kamu akan belajar lebih. Karena tentunya kamu akan mendapat tanggung jawab lebih, meskipun kamu hanya sebagai intern,” jelas Joshua.

“Know what you want to learn” adalah pesan terakhir Joshua sebelum kami mengakhiri obrolan kami hari itu.

NEXT