1
/
5

Wantedly Journal | 仕事でココロオドルってなんだろう?

Company

Sribulancer: Bersaing Memberikan WOW Services!

Mengintip Bagaimana Rasanya Bekerja di Perusahaan Crowdsourcing

2016/04/21

Perkembangan teknologi bagaikan katalis bagi perkembangan dunia bisnis, khususnya di Indonesia. Hal ini bisa kita lihat dengan menjamurnya berbagai startup yang menjadikan teknologi sebagai komponen utama, mulai dari e-commerce hingga marketplace. Namun majunya teknologi tidak menjamin kemudahan dalam membangun atau bekerja dalam sebuah perusahaan startup.

Salah satu anak muda Indonesia yang kini tengah menggeluti dunia startup adalah Ryan Gondokusumo. Tidak hanya satu, Ryan bahkan punya tiga startup tengah dibangunnya, yaitu Sribu, Sribulancer, dan Halo Diana. Sribu dan Sribulancer sendiri bisa dikategorikan sebagai perusahaan crowdsourcing. Crowdsourcing sendiri adalah proses untuk memperoleh layanan, ide, maupun konten tertentu dengan cara meminta bantuan dari orang lain secara massal, secara khusus melalui komunitas online. Bagaimana ya rasanya bekerja di perusahaan Crowdsourcing ini?

____________________________________________________________________________

Ryan Gondokusumo, Founder dan CEO Sribulancer

Di tengah kesibukan sebagai founder sekaligus CEO, Ryan menyempatkan waktu untuk mengobrol bersama Tim Wantedly. Berlokasi di sekitar kawasan Kyai Maja, Jakarta Selatan, kami bertemu langsung dengan Ryan untuk mengetahui lebih dalam mengenai perusahaannya. Tentunya tidak hanya Tim Wantedly saja yang penasaran dengan keseharian bekerja di perusahaan startup miliknya bukan?

Berawal di Kaskus, sepintas perjalanan panjang Sribu

Perjalanan panjang Sribu diawali oleh Ryan yang saat itu masih bekerja di sebuah perusahaan lain yang sudah established. Kala itu Ryan tengah membutuhkan desain untuk perusahaan tempat ia bekerja. Kesulitan menyesuaikan keinginan atasannya dengan desainer perusahaan, maka ia memutuskan untuk menggunakan Forum Kaskus untuk mencari desain yang cocok. Di luar dugaan, saat itu desain yang masuk berjumlah kurang lebih 300 desain! Hal inilah yang menjadi cikal bakal dari ide dibentuknya Sribu.

Akhirnya pada akhir tahun 2011 di bentuklah Sribu yang berfokus pada desain grafis. Selama kurang lebih empat tahun, Sribu berkembang dan mampu melayani ribuan proyek serta klien-klien dari dalam maupun luar negeri.

Pada 2014, Ryan lalu membuat Sribulancer, yang disebutnya sebagai “marketplace untuk mencari freelancer”. Berbeda dengan Sribu yang berfokus pada desain grafis, fokus dari Sribulancer adalah web development. Namun ada juga proyek lain seperti app developer, copywriter, hingga fotografer, terjemahan, dan lainnya.

Berbeda dengan situs penyalur jasa lainnya, Sribu dan Sribulancer menawarkan digital services, dimana semua transaksi terjadi secara online, jadi jika kamu mencari tukang-tukang atau cleaner, kamu tidak akan menemukannya di Sribulancer.

Funfact: Sribu kini memiliki sekitar 60.000 desainer terdaftar, sementara Sribulancer telah memiliki sekitar 60.000 freelancer!

Dari 1000 proyek menjadi 25.000 proyek

Pada semester pertama berdirinya Sribulancer, Ryan sempat memasang target untuk mendapatkan 1000 proyek! Namun kini ketika ditanya apakah ia sudah mencapai target tersebut, Ryan menjawab, “Sampai sekarang jumlah proyek kita yang di-approved sudah 8.000. Jadi target yang waktu itu sudah jauh. Namun sebenarnya target saya di akhir 2015 adalah 15.000, sampai sekarang kita baru meraih setengahnya.”

Meskipun tidak bisa meraih targetnya, Ryan mengaku bahwa ia tetap bisa belajar banyak dari proses yang ia lalui dalam mengejar target-target yang ia tetapkan itu. Ia mengetahui lebih banyak mengenai pasar dalam bisnis ini hingga apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan.

“Dan di akhir tahun ini kita menargetkan kurang lebih 25.000 proyek,” lanjutnya.

Sribulancer sendiri dibangun untuk membantu bisnis untuk mencari freelancer yang tepat dari seluruh dunia. Layanan Sribulancer menlingkupi mulai dari jasa pembuatan website, jasa desain grafis, jasa pembuatan video, jasa penulisan artikel, jasa penulisan email dan banyak lagi. Sistem Sribulancer memanfaatkan data kinerja yang membuat proses seleksi freelancer mudah dan dapat diandalkan - setiap kali digunakan oleh customer. Sribulancer telah membantu lebih dari 2.000 perusahaan dan memiliki komunitas lebih dari 75.000 freelancer. Melalui Sribulancer, customer akan mendapatkan: Puluhan freelancer berkualitas dalam hitungan jam; Posting job gratis serta; Garansi uang kembali dan ganti freelancer tanpa biaya tambahan

Sedangkan Sribu yang telah ada sebelumnya adalah jasa desain grafis online yang telah melayani lebih dari 4.000 klien UKM dan perusahaan besar dari berbagai industri di dunia. Sribu memiliki pengalaman lebih dari 5+ tahun di branding dan desain. Sribu menawarkan 20 kategori desain mulai dari desain logo, desain website, desain stationery, desain kemasan, desain baju, penamaan dan lainnya. Melalui Sribu, customer akan mendapatkan: Lebih dari 100+ desain berkualitas dalam 7 hari; Desain pertama kurang dari 1 jam; Revisi desain tanpa batas serta; Garansi uang kembali.

Suasana bekerja di Sribulancer

Rutinitas dan Transparansi

Salah satu rutinitas di perusahaan ini adalah adanya stand-up meeting. “Yang kita bahas adalah apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan kita lakukan hari ini” jelas Ryan.

Ketika kebanyakan perusahaan lain yang sudah besar memiliki stand-up meeting yang terkadang fokus terhadap nilai-nilai kuantitatif, yang Ryan inginkan dalam stand-up meeting di perusahaannya adalah lebih bersifat kualitatif.

“Seperti customer service, dia harus bisa menyebutkan berapa banyak tiket yang ia urus. Jadi tidak hanya mengatakan bahwa kemarin ia mengurus tiket, tetapi juga harus bisa menyebutkan berapa jumlahnya. Hal sederhana seperti itu yang membuat orang mulai memperhatikan bahwa ada evaluasi dalam setiap stand-up meeting,” Ryan memberikan contoh.

Selain rutinitas tersebut terdapat juga nilai-nilai yang ia tanam ke dalam perusahaan, salah satunya adalah transparansi. Semua tim perlu mengetahui apa yang terjadi dalam perusahaan. Apakah situasi sedang baik atau buruk.

“Kita berjalan sama-sama ‘heading to the same direction’. Jangan sampai ada yang tidak tau bagaimana posisi perusahaan dan kita berada di angka berapa. Karena jika tidak mereka tidak tau apa yang harus mereka kejar,” jelas Ryan.


Bintoro Hanyokrokusumo, Digital Marketing Sribulancer

Membangun suasana kompetitif

Untuk mencapai target-target yang sudah ditetapkan Ryan kemudian membentuk KPI yang ia bagikan kepada setiap manajer untuk kemudian didelegasikan kembali kepada setiap individu di dalam tim mereka. Ryan ingin membangun suasana kompetitif namun tetap tidak stressful di dalam internal perusahaan .

“Kita juga tidak bisa membuat semua orang selalu bekerja bersama. Kita harus membuat agar orang yang tidak perform better bisa belajar dari yang perform better,” ujarnya.

Namun tentu Ryan tidak ingin orang-orang yang bekerja berada di bawah tekanan. Ia juga memberikan beberapa fasilitas yang bisa digunakan oleh para karyawannya yang mungkin memerlukan sedikit refreshing.

Untuk memastikan seberapa kompetitif suasana yang ada di kantor, maka Tim Wantedly menyempatkan juga untuk mengobrol dengan Bintoro Hanyokrokusumo yang biasa dipanggil Toro, Digital Marketer di perusahaan ini.

Toro tidak menampik adanya suasana kompetitif dalam mengejar KPI, namun bukan dalam bentuk saling sikut. Karena setiap orang memiliki KPI masing-masing. Tim marketing memiliki KPI yang berbeda dengan tim operasional dan tim lainnya,

“Kompetisinya adalah siapa yang bisa mencapai KPI tersebut!” jelas Toro.

Toro bahkan menambahkan bahwa suasana kompetitif ini tidak menghilangkan kebersamaan seluruh karyawan. Bahkan meskipun bekerja di berbagai divisi berbeda, tidak ada yang namanya kubu-kubu. Ia menganggap semuanya sama, dan pada kenyataannya semua karyawan tetap mampu berbaur.

Suasana kompetitif ini bahkan melahirkan kebiasaan unik seperti membunyikan lonceng yang berada di tengah-tengah kantor. Jika salah satu anggota dari tim operasional telah mencapai target harian, maka ia akan membunyikan lonceng tersebut sehingga orang lain tahu dan termotivasi untuk mencapai target mereka juga.

Lonceng yang dibunyikan ketika salah satu anggota tim mencapai KPI pada hari itu.

Mengontrol apa yang telah dibangun

“KPI is one thing, setelah KPI dibuat, KPI itu perlu dikontrol,” ujar Ryan.

KPI yang dibuat tentu tidak selalu bisa dicapai, maka diperlukan kontrol. Misalkan salah satu anggota tidak berhasil mencapai KPI harian. Artinya harus ada effort extra keesokan harinya untuk mengejar ketertinggalan ini.

Toro juga menambahkan bahwa perusahaan ini bahkan menyediakan sesi konsultasi antara karyawan dan para manager serta founder untuk berdiskusi mengenai masalah apapun yang sedang dihadapi.

____________________________________________________________________________

Memberikan WOW services kepada customer

Sebagai perusahaan yang menawarkan jasa, tentu pelayanan menjadi hal yang penting bagi perusahaan ini.

“Service itu ada dua, service kepada customer dan service kepada internal. Namun yang nomor satu adalah service kepada customer. Kita buat agar kita memberikan WOW Service. Kita ingin customer kita menikmati ‘the service journey’.”

____________________________________________________________________________

Di akhir perjumpaan Tim Wantedly dengan Ryan, ia menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan jika seseorang ingin bergabung di startup khususnya Sribulancer.

“Startup itu sangat dinamis. Hal-hal bisa berubah 360 derajat dalam waktu sekejap. Misalnya dalam satu hari kita bisa memiliki hari yang sangat baik, dan tiba-tiba besok kita mendapat kabar buruk. Jadi memang sangat dinamis. Maka diperlukan endurance dan persistence,” jelasnya.

Menjadi pribadi yang aktif dan positif menurutnya sangatlah penting. Jadilah penjemput bola, bukan hanya menunggu bola.

“One thing for sure, you will learn a lot of things if you work in this company,” ujarnya menutup obrolan kami.

NEXT